Mandiraja – Pagi itu, Sabtu (30/8/2025), Lapangan Desa Simbang bagai lautan cokelat muda. Seragam khas Pramuka memenuhi setiap sudut, berpadu dengan kibaran bendera regu yang gagah di samping tenda-tenda perkemahan. Embun yang masih tertinggal di rumput seakan memberi kesejukan bagi ratusan Pramuka Penggalang yang berdiri tegak, siap menyambut pembukaan Jambore Ranting (Jamran) ke-XXII Kwartir Ranting Mandiraja.
Sejak langkah pertama memasuki arena, suasana terasa berbeda. Yel-yel penuh semangat menggema, senyum ceria peserta tak henti merekah, namun saat derap barisan dimulai, semua berubah khidmat. Genderang upacara ditabuh, Sang Merah Putih naik perlahan, diikuti hormat tegap dari ratusan tangan muda. Di wajah mereka terpancar bangga, seakan sedang mengikrarkan janji setia kepada negeri.
Dalam suasana penuh haru, Slamet Purwanto, Ketua Kwarran Mandiraja, dengan nada lembut penuh kasih ia menyampaikan pesan.
“Jamran ini bukan hanya kegiatan seremonial, tetapi laboratorium kebersamaan. Di sini anak-anak kita ditempa agar menjadi pribadi yang mandiri, berani, dan peduli terhadap lingkungannya. Pramuka itu bukan sekadar tali temali dan semaphore, tetapi pembelajaran hidup yang nyata: membangun jiwa kepemimpinan, disiplin, dan kepedulian sosial,” katanya, membuat peserta menatap penuh perhatian .
Ia menambahkan, jambore kali ini dirancang agar peserta belajar dengan cara yang menyenangkan. “Kami ingin setiap giat punya makna. Penjelajahan mengajarkan keberanian, pionering melatih kerja sama, sementara pentas seni menumbuhkan cinta pada budaya lokal. Semua itu adalah bekal membangun generasi tangguh Mandiraja,” sambungnya.
Slamet juga menyinggung pentingnya dukungan masyarakat. “Keberhasilan Jamran ini bukan milik panitia semata, tetapi buah dari gotong royong seluruh pihak. Orang tua, guru, masyarakat, semua punya andil. Inilah semangat kolaborasi yang kita angkat sebagai tema: membangun ketahanan bangsa dimulai dari kebersamaan di Mandiraja,” pungkasnya dengan penuh keyakinan.
Di sisi lain, Eko Rudiono, Ketua Panitia Jamran, menggarisbawahi bagaimana kegiatan ini disusun agar mendidik sekaligus menyenangkan. “Pramuka harus belajar dengan riang gembira. Karena itu, Jamran 2025 kami isi dengan kombinasi kegiatan: dari keterampilan lapangan, olah raga, pentas seni, sampai giat bakti lingkungan. Tujuannya sederhana: anak-anak kita pulang dengan hati bahagia, membawa cerita indah, sekaligus pengalaman berharga,” ungkapnya.
Eko juga menekankan dimensi kepedulian. “Kami sengaja menghadirkan giat menanam tanaman hias dari wadah daur ulang. Pesan kami jelas: Pramuka harus cinta lingkungan, tidak merusak, tetapi merawat dan melestarikan. Dari hal-hal kecil seperti ini, karakter peduli tumbuh kuat,” ucapnya dengan penuh semangat.
Puncak upacara terasa ketika Wakhid Jumali, Ketua Kwartir Cabang Banjarnegara, berdiri memberi amanat. Dengan suara lantang nan berwibawa, ia mengingatkan esensi jambore.
“Kepramukaan adalah pendidikan luar sekolah yang menyenangkan sekaligus mendidik. Jambore bukan sekadar perkemahan, tetapi sebuah proses pembentukan watak. Dari sini lahir pribadi yang tidak mudah putus asa, tidak cengeng, dan tidak lemah, tetapi pribadi yang tegar menghadapi tantangan zaman,” ujarnya .
Sorot matanya menyapu peserta satu per satu, seolah ingin meneguhkan pesan itu dalam hati mereka. “Saya ingin adik-adik menjadi pelopor perubahan. Pulanglah nanti membawa semangat disiplin, kejujuran, dan kepedulian. Tunjukkan kepada teman-teman di sekolah dan di desa, bahwa Pramuka adalah teladan. Ingat, bangsa ini menanti kiprah kalian,” tambahnya penuh penekanan.
Tak berhenti di situ, ia juga menegaskan makna persatuan. “Di lapangan ini, kita menyaksikan miniatur Indonesia. Anak-anak dari sekolah berbeda, latar belakang berbeda, bahkan budaya yang berbeda, semua menyatu dalam semangat persaudaraan. Inilah Indonesia sejati: berbeda-beda tetapi tetap satu. Mari rawat persatuan ini sejak dini,” pungkasnya, membuat suasana lapangan bergemuruh oleh tepuk tangan dan pekikan “Salam Pramuka!”
Upacara pembukaan ditutup dengan gegap gempita. Tepuk Pramuka menggema, senyum anak-anak merekah, dan semangat terasa meluap-luap. Bagi mereka, Jamran 2025 bukan sekadar perkemahan tiga hari. Ia adalah ruang belajar kehidupan, tempat menumbuhkan keberanian, melatih persaudaraan, dan menyalakan api semangat kebangsaan.
Dan dari Bumi Simbang, api itu kini telah menyala—sebuah api yang kelak akan terus membimbing langkah generasi muda Banjarnegara menuju masa depan yang gemilang.
Bagi anak-anak itu, Jamran bukan sekadar perkemahan. Ia adalah ruang untuk bermimpi, tempat belajar tentang keberanian, persaudaraan, dan cinta tanah air. Dan di bawah langit Mandiraja yang biru, mimpi-mimpi itu mulai dirajut dengan penuh keyakinan. ***(abenn29_pusdatin.bna)







Dokumentasi Humas Kwarran Mandiraja